Redaksi Berkisah,
Kisah Sahabat Rasulullah SAW – Abu Ayyub Al Anshari
Oleh: Rudi Irawan
Pembaca yang dirahmati Allah SWT,
Rubrik Redaksi kembali hadir menyajikan kisah inspiratif dari jejak-jejak cahaya sejarah Islam. Kali ini, kami mengajak Anda menelusuri keteladanan sosok mulia, sahabat Nabi yang agung — Abu Ayyub Al Anshari.
Nama lengkapnya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib Al-Khazraji, lebih dikenal dengan panggilan Abu Ayyub Al Anshari. Ia termasuk sahabat utama dari kalangan Anshar, yang dengan sepenuh hati menerima Rasulullah SaW,
Saat beliau hijrah dari Makkah ke Madinah.
Ketika Rasulullah tiba di Madinah, para penduduk berlomba-lomba menawarkan rumah mereka sebagai tempat tinggal Nabi.
Namun, Rasulullah bersabda bahwa beliau akan singgah di tempat yang dipilihkan oleh unta tunggangannya. Maka berhentilah unta itu di depan rumah Abu Ayyub.
Dengan penuh kerendahan hati, Abu Ayyub berkata, “Ya Rasulullah, rumah ini adalah kehormatan bagi kami. Engkau tinggal di sini, dan kami akan melayanimu sebaik mungkin.” Rasulullah pun tinggal di lantai bawah rumah itu,
Sementara Abu Ayyub dan istrinya tinggal di lantai atas.
Namun, malam demi malam dilalui dengan kegelisahan. Abu Ayyub merasa tidak pantas berada di atas Rasulullah. Ia berkata kepada istrinya, “Kita berada di atas Nabi, sementara beliau ada di bawah. Bagaimana jika kita menjatuhkan air atau sesuatu yang tidak pantas?” Akhirnya, ia memohon agar Rasulullah naik ke lantai atas, dan beliau pun mengabulkan permintaan itu.
Pejuang di Barisan Terdepan
Abu Ayyub tidak hanya menjadi tuan rumah Rasulullah, tetapi juga menjadi pengikut setia perjuangan Islam. Ia turut serta dalam berbagai pertempuran besar bersama Nabi SAW
Mulai dari Perang Badar, Uhud, hingga Khandaq. Ia tidak pernah absen dalam jihad demi menegakkan kebenaran.
Setelah Rasulullah wafat, Abu Ayyub tetap aktif dalam perjuangan Islam di masa para khalifah. Ketika pasukan Islam di bawah kepemimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan mempersiapkan penaklukan Konstantinopel (Bizantium)
Abu Ayyub — yang kala itu telah lanjut usia — memohon untuk ikut serta.
Di tengah pengepungan kota itu, ia jatuh sakit. Menyadari ajalnya dekat, ia berwasiat, “Jika aku wafat, kuburkan aku sejauh mungkin ke arah tembok kota musuh,Agar aku tetap menjadi bagian dari barisan kaum Muslimin, bahkan setelah aku tiada.”
Permintaan itu dipenuhi. Ia dimakamkan di dekat tembok Konstantinopel, yang kini menjadi wilayah Istanbul, Turki. Makamnya hingga kini menjadi saksi bisu semangat jihad dan pengabdian seorang sahabat sejati.
Teladan Abadi
Abu Ayyub Al Anshari adalah contoh nyata bahwa kecintaan pada Rasulullah dan Islam bukan hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dalam sikap dan pengorbanan.
Ia menyambut Nabi bukan hanya ke dalam rumahnya, tapi juga ke dalam seluruh hidupnya. Ia adalah pribadi yang mengajarkan kita makna kerendahan hati, kesetiaan, dan keberanian.
Semoga kisah ini menjadi pelita bagi kita, penerus perjuangan Islam, untuk meneladani semangat dan keikhlasan para sahabat dalam menjalani hidup yang diridhai Allah SWT.
Salam Hormat
Tim Redaksi